Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bangun Ekowisata di Pulau Bawah, Anambas Siap Saingi Bali

Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sedang bersiap untuk mengembangkan pariwisata berbasis konservasi alam di Pulau Bawah, salah satu dari 238 pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas.
Pulau Anambas/Istimewa
Pulau Anambas/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) sedang bersiap untuk mengembangkan pariwisata berbasis konservasi alam di Pulau Bawah, salah satu dari 238 pulau yang ada di Kabupaten Kepulauan Anambas. 

Pengembangnya, PT Pulau Bawah yang dimiliki pemodal dari Singapura, tengah menyulap kawasan ini menjadi sebuah resor privat dengan 35 villa berkapasitas 70 tamu. 

Bala Navaratnam, Direktur Penjualan, Marketing dan Komunikasi PT Pulau Bawah, menggadang-gadang resor tersebut bakal menjadi salah satu primadona dalam bidang pariwisata kelautan di Indonesia maupun Asia Pasifik. 

Dia optimistis Pulau Bawah kelak akan mendunia mengalahkan popularitas destinasi wisata Bali, Raja Ampat maupun Maldives.  

"Pengembangan ini dilakukan bukan semata-mata demi uang, tetapi untuk konservasi Pulau Bawah sendiri. Uang yang didapat akan digunakan kembali supaya Pulau Bawah tidak dirusak dan tempat ini diharapkan bisa menjadi contoh bagaimana merawat alam," katanya kepada Bisnis dan beberapa awak media yang berkunjung ke Pulau Bawah, akhir pekan lalu. 

Bala menjelaskan resor tersebut mulai dibangun sejak lima tahun lalu dan telah menelan modal hampir US$30 juta. Proses konstruksinya telah mencapai 85% dan diperkirakan akan menghabiskan total US$35 juta sampai siap peresmian pada medio 2017 mendatang. 

Durasi pembangunan tersebut cukup panjang lantaran pembangunan dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia, tanpa adanya alat-alat berat. 

Dari 200 orang tenaga kerja yang direkkrut, 90% berasal dari dalam negeri, khususnya dari kawasan Kepulauan Anambas, Pulau Jawa dan daerah lainnya di Indonesia. 

"Normalnya membangun resor seperti ini hanya butuh waktu 2 tahun, tetapi kami memang lambat karena tidak mau memasukkan mesin supaya terumbu karang dan pepohonan di sana tidak hancur," tuturnya. 

Adapun, proses konservasi lain yang dilakukan di Pulau Bawah mencakup hampir semua bidang, termasuk penggunaan sumber energi terbarukan dari sinar matahari, angin untuk melengkapi tiga mesin diesel yang ada.  

Pihaknya juga mengupayakan agar limbah tidak dibuang ke laut, tetapi diolah menjadi biogas dan kompos untuk tanaman herbal yang ditanam di atap bangunan. 

"Kita upayakan zero waste ke laut. Sampah cair akan diolah kembali secara alami lewat filtrasi ke bukit. Sementara plastik tidak boleh dibawa ke Pulau Bawah. Kami juga akan manfaatkan tumbuh-tumbuhan untuk membuat sampo dan sabun alami," jelasnya. 

Bala menambahkan, Pulau Bawah akan menjual kegiatan wisata laut seperti snorkeling, diving, dan berbagai jenis olahraga laut tanpa mesin seperti kayak dan kapal layar. 

Direktur Konservasi dan Pemberdayaan Masyarakat PT Pulau Bawah Aji Sularso menambahkan Anambas masuk dalam kawasan konservasi perairan nasional (KKPN) sebagai taman wisata perairan (TWP). 

"Pengembangan di Pulau Bawah ini (penerapan ekowisata) yang pertama kalinya di kawasan konservasi perairan nasional," ujarnya. 

Sementara itu, Buralimar, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepulauan Riau mengungkapkan investasi pariwisata di Pulau Bawah telah merangsang pengembangan kawasan lain di Kepulauan Anambas. 

Untuk meningkatkan akses ke Kepulauan Anambas, pemerintah membangun bandara baru di Pulau Letung yang akan dioperasikan pada Desember mendatang. Selama ini akses udara ke kawasan tersebut hanya mengandalkan keberadaan bandara milik swasta ConocoPhillips yang ada di di Pulau Matak. 

"Masih banyak pekerjaan rumah kami untuk mendatangkan wisatawan sekaligus investor, terutama dalam bidang infrastruktur dan telekomunikasi. Banyak calon investor yang minat terutama dari Singapura, mereka enggan karena dua masalah itu," ujar Buralimar.

Secara keseluruhan, Kepri menargetkan mendatangkan 2,1 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada 2016. Akan tetapi sampai Agustus, jumlah wisman yang masuk baru berkisar 1,7 juta kunjungan. 

Buralimar menyebutkan kendalanya antara lain merebaknya isu keamanan, demonstrasi dan terorisme serta virus Zika yang membuat turis berkurang drastis. 

"Desember nanti kami undang 30 jurnalis dari Singapura menyaksikan sendiri bahwa Batam dan Kepri aman. Mereka akan kami bawa ke berbagai destinasi di luar Batam dan Bintan sebab masih ada banyak destinasi lain yang kami miliki," ucapnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler