Bisnis.com, JAKARTA- Perkembangan teknologi yang menghubungkan informasi di seluruh dunia juga membuat berwisata menjadi lebih mudah. Rata-rata 100 orang Indonesia memiliki 129 ponsel pada tahun 2015 dan jumlahnya diprediksi akan meningkat menjadi 148 pengguna ponsel pada tahun 2025.
Meskipun jumlah pengguna ponsel di Indonesia yang aktif mengakses internet masih sedikit, jumlah ini diprediksi akan meningkat. Jumlah pengguna internet juga akan meningkat pada tahun 2025; rata-rata 18 dari 100 orang Indonesia diprediksi meningkat menjadi 28 dari 100 orang. Konektivitas digital tak hanya meningkatkan spontanitas untuk pergi berwisata, tetapi juga menyediakan berbagai pilihan wisata lebih banyak.
Temuan penting yang terdapat pada laporan ini meliputi:
Munculnya Kelas Wisatawan Baru
Peningkatan pendapatan masyarakat dunia berujung pada kemunculan “kelas orang bepergian/wisatawan” baru. Penelitian kami menemukan bahwa rumah tangga di seluruh dunia yang memiliki rata-rata pendapatan berkisar US$20.000 per tahun merupakan kontributor terbesar dalam 90% pengeluaran internasional orang yang bepergian saat ini. Pada tahun 2025, diprediksi bahwa kira-kira setengah dari seluruh rumah tangga di dunia (945 juta) akan mampu mendapatkan pendapatan dengan jumlah tersebut sehingga keinginan dan pengeluaran untuk bepergian juga akan lebih besar. Hal ini berlaku terutama untuk rumah tangga yang berasal dari negara berkembang.
Peringkat | Negara | 2015 |
1 | India | 6,8 |
2 | Selandia Baru | 6,7 |
3 | Australia | 5,9 |
4 | Filipina | 5,0 |
5 | Hong Kong | 5,0 |
5 negara di Asia Pasifik yang memiliki rata-rata kunjungan pemegang kartu Visa tertinggi pada tahun 2015.
Mansyarakat Lansia Global
Pada tahun 2025, wisatawanberusia 65 tahun ke atas diprediksi akan menggandakan jumlah perjalanan mereka dengan rata-rata 180 juta perjalanan yang berarti 1 dari 8 perjalanan internasional secara global.
"Penelitian kami memprediksi bahwa wisatawan lansia akan lebih mampu mengeluarkan uang lebih banyak untuk membiayai wisata yang lebih lama untuk fasilitas yang lebih nyaman dan lebih mahal. Tren seperti pariwisata medis (medical tourism) dengan tujuan kesehatan yang sering diambil oleh para wisatawan lansia saat melakukan perjalanan internasional juga akan menjadi sesuatu yang populer di masa depan," ujar Ellyana Fuad, President Director PT Visa WorldwideIndonesia dalam siaran pers yang diterima Bisnis.com
Peringkat | Negara | 2015 | 2025 | % peningkatan |
1 | Cina | 1.862 | 7.077 | 280% |
2 | Singapura | 852 | 3.451 | 305% |
3 | Jepang | 1.318 | 2.930 | 122% |
4 | Australia | 1.073 | 1.931 | 80% |
5 | Taiwan | 460 | 1.599 | 247% |
5 negara di Asia Pasifik dengan jumlah wisatawan berusia 65+ tertinggi (dalam ribuan) yang melakukan perjalanan internasional.
Peningkatan Konektivitas
Perpaduan antara globalisasi dan perkembangan teknologi menjadikan informasi lebih mudah untuk di akses. Di masa depan, diprediksi adanya pembangunan lebih dari 340[1] bandara yang akan membuka rute perjalanan lebih banyak dan membuka akses destinasi baru untuk wisata. Pada waktu yang sama, pengetahuan masyarakat akan pilihan bepergian meningkat searah dengan kemudahan akses internet dan meningkatnya jumlah perangkat mobile di seluruh dunia. Konektivitas digital tak hanya meningkatkan spontanitas, namun juga memacu munculnya beragam pilihan perjalanan pribadi maupun pariwisata.
Visa memperkirakan jumlah rumah tangga yang melakukan perjalanan ke luar negeri dengan membandingkan jumlah pemegang kartu Visa yang pernah melakukan transaksi langsung (face-to-face) di luar negeri dengan jumlah seluruh pemegang kartu aktif di negara tersebut.
Data kemudian disesuaikan sebagai representasi populasi negara tanpa memandang jenis metode pembayaran yang dilakukan oleh satu negara. Kecenderungan ini kemudian digunakan sebagai input dalam perhitungan perkiraan yang dikembangkan oleh Oxford Economics untuk penelitian ini.
Oxford Economics menggunakan survey data usia dan pendapatan mereka yang melakukan perjalanan ke mancanegara dari 10 negara untuk menghitung frekuensi perjalanan dan jumlah mereka yang melakukan perjalanan berdasarkan usia dan pendapatan. Hasilnya kemudian diekstrapolasikan ke sejumlah negara berdasarkan klasifikasi sebagai negara berkembang atau negara maju, dan juga variabel utama seperti PDB per kapita dan jumlah total kedatangan internasional per kapita.
Perkiraan travel share kemudian dibandingkan dengan distribusi pendapatan rumah tangga dan persebaran usia di setiap negara untuk mengembangkan hubungan historis dalam rangka memproyeksikan jumlah travel share dan travel volume berdasarkan jumlah pendapatan dan kelompok usia dari tahun 2005 hingga 2025.