Bisnis.com, PALU – Warga Palu di Sulawesi Tengah dalam sepekan ini banyak memburu kacamata khusus untuk menyaksikan gerhana matahari total (GMT.
Haryono, salah seorang penjual "kacamata GMT" di pusat pertokoan Gajah Mada, Senin (7/3/2016), membenarkan, pembeli kacamata cukup banyak, dengan harga sekitar Rp30.000/kacamata. Masih ditambah kaos-kaos kenang-kenangan GMT 2016.
Kacamata untuk menyaksikan detik-detik GMT itu tidak boleh sembarangan. Pasalnya, sangat berbahaya adalah saat piringan Bulan pelan-pelan meninggalkan piringan Matahari dengan intensitas cahaya yang mencapai miliaran kandela.
Retina mata manusia terlanjur terbiasa dan menyesuaikan diri pada kondisi gelap total selama beberapa menit. Menjelang GMT berakhir alias piringan Bulan meninggalkan piringan Matahari, cahaya sangat terang tiba-tiba menerpa mata. Bisa buta jika hanya memakai kacamata hitam biasa.
Saat tiba-tiba sinar Matahari bersinar lagi itulah saat paling berbahaya bagi mata manusia. Jika sekadar memakai kacamata hitam biasa, manusia yang bersangkutan bisa buta.
Salah satu material "lensa" kacamata untuk menyaksikan GMT itu adalah filter ND5, yang bisa mengurangi intensitas cahaya Matahari hingga 1/100.000 kali. Bisa juga diganti dengan material dengan kualifikasi setara.
GMT pada 9 Maret 2016 dapat di saksikan langsung di sejumlah titik di Palu dan Kabupaten Sigi, di antaranya di lokasi Anjungan Nusantara, TVRI Sulten.
Juga di Ngatabaru, Desa Wayu (Pegunungan Mantantimali), lokasi olahraga paralayang, Desa Tulo, Kecamatan Dolo dan Pakuli, Kecamatan Gumbasa.
Dalam beberapa hari ini,turis-turis dari berbagai negara banyak berdatangan ke Palu untuk menyaksikan langsung GMT.