Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PULAU SEMPU: 'Surga' Di Timur Jawa

Sesaat, serasa waktu berhenti di hari itu, di saat itu, di sempu. Lupa bahwa saya punya kehidupan di Jakarta di kota metropolitan.

Bisnis.com, JAKARTA - Berawal dari cetusan ide iseng untuk reuni sambil backpack-an, saya dan beberapa kawan dekat zaman SMA bertualang ke sejumlah destinasi di dalam negeri.Maka, pada liburan Imlek yang menandai awal tahun Kuda Kayu belum lama ini, saya dan lima kawan lain pun berkelana ke bagian timur Jawa.Saya dan tiga kawan bertolak dari Stasiun Bandung menggunakan Kereta Api malam Malabar tujuan Stasiun Malang.

Di Malang, kami bertemu dengan dua kawan yang bertolak dari Jakarta menggunakan Kereta Api malam Matarmaja.Pengembaraan kami dimulai ketika kaki menjejak Stasiun Malang pada Jumat (31/1/2014) pagi atau setelah menghabiskan waktu 16 jam terguncang-guncang di dalam gerbong kereta api. Dan, terus terang kami tidak langsung memiliki tiket untuk pulang karena kami belum tahu akan berapa lama di Malang.

Salah satu tujuan kami kali ini adalah Pulau Sempu yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ia adalah sebuah pulau kecil seluas tidak lebih dari 900 km yang diberi nama dari jenis tanaman obat amat langka yaitu Pohon Sempu. Secara administratif, Sempu masuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Di bagian utara, ia berbatasan dengan selat kecil yang memisahkannya dari Pulau Jawa.

Selebihnya, yaitu mulai dari sisi Timur, Selatan, hingga Barat, ia dikelilingi oleh Samudera Hindia.Untuk mencapai pulau tak berpenghuni selain binatang ini kami harus menuju Pantai Sendang Biru pada pagi hari. Pantai Sendang Biru merupakan titik tolak untuk menuju Sempu. Dengan menggunakan perahu nelayan, kami pun berlayar. Ternyata hanya 10 menit saja kami sudah mencapai Teluk Semut. Dari Teluk Semut, kami melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh lama 2,5 jam menembus hutan.

Cukup berat sebenarnya karena trek yang harus kami lalui becek, licin, dan penuh lumpur. Bahkan ada kami juga bertemu trek terjal dan curam di beberapa titik. Tidak jarang kami menyibak ranting dan dedaunan yang menghalangi jalan. Perjalanan menjadi semakin lama karena beberapa kawan seperjalanan sempat terjatuh.Tapi semua itu terbayar saat kaki menginjak Segoro Anakan nun jauh di dalam Sempu. Segoro Anakan merupakan sebuah laguna yang terbentuk karena air laut yang masuk ke daratan Sempu melalui sebuah Karang Bolong. Laguna inilah yang menjadi alasan utama banyak pengunjung datang dan menjamah Sempu.

Pasir pantainya yang putih. Airnya yang bening memantulkan nuansa hijau kebiruan berpendar-pendar tertimpa cahaya matahari. Tepian hutan lebat berkeliling di sekelilingnya. Langit biru bersih menjadi latar dari semuanya. Sangat indah.Di sebuah sudut, terlihat karang batu berongga yang menjadi celah masuk bagi ombak dari Samudera Hindia. Kami menyebutnya Karang Bolong. Sedikit saja mengeksplorasi area di sekitar laguna, kita akan menemukan sebuah tebing karang tinggi menjulang berbatas Lautan Indonesia. Ombak besar dari samudera luas menderas berbuih-buih menghantam tepiannya. Seolah menyenandungkan hentakan irama natural.

Renyah didengar.Lalu bergabunglah, air laguna yang serasa begitu sempurna untuk berenang, pemandangan indah di sekeliling, suara ombak bergemuruh berdebur-debur terhambat Karang Bolong, dan langit biru cerah tanpa awan. Nikmat apalagi yang dapat saya dustakan.Sesaat, serasa waktu berhenti di hari itu, di saat itu, di Sempu. Lupa bahwa saya punya kehidupan di Jakarta di kota metropolitan.Sebetulnya pengunjung tidak dapat asal masuk ke Pulau Sempu. Statusnya yang dilindungi membuat para pengunjung harus mengantongi izin dulu untuk memasuki pulau ini. Baru setelah itu, pihak pengelola akan membekali pengunjung dengan seorang pendamping setempat. Kali itu, tim kami ditemani oleh mas Bambang.

Seorang pria asli Sendang Biru yang dilatih di konservasi untuk menjadi pendamping. Tidak boleh satu pun pengunjung memasuki daratan Sempu tanpa pendamping. Soalnya, menurut Bambang, masih ada sejumlah binatang liar yang menghuni Sempu. Misalnya jaguar dan macan. Ada juga babi hutan.Jika mengacu [email protected], malah masih ada sekitar 20 spesies macan kumbang di Pulau Sempu. Selain itu masih ada sekitar lebih dari 144 jenis burung spesies baru.Area hutan yang lebat dengan rimbunan pohon daun dan ranting juga berpotensi menyesatkan. Wajar saja.

Sempu adalah hutan tropis yang kaya. Ia memiliki empat ekosistem yaitu hutan mangrove, ekosistem hutan pantai, ekosistem danau, dan hutan tropis dataran rendah. Hutan lebat itu pula lah salah satu alasan mengapa pengunjung tidak boleh menerobos tanpa pendamping. Belum lama ini Sempu sempat ditutup 2 hari karena ada pengunjung yang tersesat di hutan, kata Bambang lagi.Informasi yang beredar tentang kecantikan pulau ini membuat banyak pengunjung tertarik untuk datang dan menjamah.

Tapi sayang, tidak semua pengunjung punya kesadaran untuk menjaga pulau cantik ini. Di sejumlah tempat, kami menemukan banyak sampah bertebaran. Seperti sampah botol air mineral, sampah bungkus makanan ringan, bahkan puntung rokok berserakan. Tidak hanya di jalur trek di dalam hutan yang kami lalui, sampah juga bahkan berserakan di area laguna Segoro Anakan.Tenda-tenda pengunjung juga didirikan di tepian laguna. Tentu menyenangkan memang dapat menginap di tenda di sebuah laguna terpencil, beratapkan langit malam bertabur bintang dan gemuruh ombak di lautan. Hanya saja, keberadaan manusia ini, lagi-lagi, menyisakan jejak berupa sampah yang berserakan.

Belum lagi sampah berupa (maaf) air seni yang dibuang sembarangan di atas tebing karang dan meninggalkan aroma tak sedap berkelanjutan.Selain sampah, tingginya intensitas manusia yang keluar masuk pulau tentu sedikit banyak dapat mengusik para penghuni asli pulau - flora dan tanaman yang dilindungi.Padahal, pulau seluas 877 hektar itu merupakan cagar alam yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur dan Kementerian Kehutanan Indonesia. Sebagai cagar alam, sesungguhnya Sempu bukan tempat untuk berwisata. Kiranya, kita dapat bersikap lebih bijak.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Anggi Oktarinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler