HARI menjelang siang ketika seorang teman dan saya menghabiskan beberapa kentang goreng di resto cepat saji di salah satu sudut Merdeka Walk, tepat menghadap ke Simpang Kesawan. Salah satu jalan tertua di Medan dan pusat komersial di jaman kolonial yang menyimpan banyak cerita.
Meskipun banyak yang berubah tapi juga tak sedikit yang tersisa dan menggoda untuk dijelajahi. Tawaran ‘Food or Foot’ dari teman yang menjadi pemandu dadakan langsung saya jawab dengan ‘Foot’ artinya jalan untuk memanjakan mata, berbekal kamera Iphone dan sebotol air mineral.
Merdeka Walk atau biasa disingkat MW merupakan pasar malam yang digagas oleh mantan Wali Kota Medan dan diresmikan pada tanggal 14 April 2005. Menempati areal seluas 6.600 meter persegi bekas parkir Lapangan Merdeka dan dinaungi dengan rimbun pohon trembesi yang ditanam sejak jaman Belanda, kurang lebih terdapat 30 gerai makanan lokal maupun asing.
MW yang mulai ramai di sore hari kebanyakan dipadati oleh kaum muda yang datang untuk berkumpul dan berselancar free wifi sambil menikmati sajian kuliner yang tersedia, atau hingar bingar live music di Center Piece, tepat di tengah MW.
Pada salah satu sudut Merdeka Walk terdapat Stasiun Besar Kereta Api Medan yang dibangun pada tahun 1885. Stasiun yang awalnya bernama Deli Spoorweg Maatschappij (DSM) sudah mengalami banyak perubahan dibanding bangunan aslinya. Beberapa bagian yang masih tersisa dan dapat dinikmati adalah menara jam, monumen lokomotif uap tipe 2-6-4T buatan Hartmann, Jerman tahun produksi 1914 dan atap peron.
Stasiun ini melayani tujuan Tebing Tinggi, Kisaran, Tanjung Balai, Siantar, dan Rantau Prapat di utara dan Belawan, Binjai dan Besitan di Selatan. Selain itu, juga melayani tujuan Bandar Udara Internasional Kuala Namu, pengganti Polonia.
Dengan membayar sebesar Rp80.000 jarak dari Kuala Namu menuju kota Medan atau sebaliknya dapat ditempuh hanya dalam 30-35 menit dibandingkan dengan menggunakan bis atau taksi yang bisa memakan waktu antara 1 sampai 2 jam.
Tidak lepas dari keberadaan stasiun kereta ini, terdapat Titi Gantung yang dibangun berbarengan dengan stasiun semula diperuntukkan sebagai jalan perlintasan dan penyeberangan calon penumpang kereta atau pengunjung dan penonton berbagai kemeriahan di Lapangan Merdeka.
Baca selengkapnya: http://epaper.bisnis.com/index.php/ePreview?IdCateg=2013110311130#