Australia/pegipegi
Travel

9 Negara yang Gagal Memindahkan Ibu Kota

Arlina Laras
Selasa, 6 Juni 2023 - 13:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Proyek pembangunan Ibu kota negara baru (IKN) di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur terus berjalan secara bertahap. 

Hal ini pun menuai sorotan para akademisi yang menilai pemerintah harus bisa lebih waspada. Pasalnya, sejumlah negara sempat mengalami kegagalan dalam proyek pemindahan ibu kotanya. 

Dosen Dept. Manajemen dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) Erda Rindrasih menyebut alasan gagalnya sejumlah negara seperti Malaysia dan Myanmar dalam memindahkan Ibu kotanya, lantaran lokasi yang kurang strategis dan skema pemindahan yang tak efektif. 

Lantas, mana saja proyek negara yang dianggap tidak berjalan mulus? Simak rangkuman Bisnis selengkapnya. 

1. Myanmar

Awalnya ibu kota Myanmar berada di Kota Yangon. Namun, pada 5 Februari 2005, pemerintah Myanmar yang dipimpin oleh para jenderal memutuskan untuk memindahkan pusat pemerintahan ke Naypyidaw, yang terletak sekitar 320 km di utara Yangon. 

Tidak ada alasan resmi yang diberikan untuk pemindahan tersebut, tetapi spekulasi mengenai alasan pemindahan termasuk untuk mencegah serangan militer asing.

Dilansir dari The Independent, total biaya yang dikeluarkan sebesar US$4 miliar guna fasilitas kota dan 20 jalur jalan raya. 

Sayangnya, meski sudah menelan biaya yang cukup besar, saat ini media internasional banyak memberitakan bahwa ibu kota baru Myanmar ini telah menjadi “kota hantu”. 

Hal ini disebabkan dalam proses perpindahan, pemerintah Myamar tak terbuka dengan masyarakatnya. Sehingga, banyak penduduk yang tak mau tinggal di Naypyidaw yang membuat sebagian besar fasilitas di sana sangat terlihat sepi, jalanan kosong, dan banyak bangunan tidak berpenghuni. 

Bahkan, beberapa pejabat pemerintah yang tinggal di sana cenderung lebih memilih meninggalkan ibu kota Naypyidaw karena kurangnya fasilitas komersial dan pendidikan. 

2. Guinea Khatulistiwa (Equatorial Guinea)

Guinea Khatulistiwa atau Equatorial Guinea  merupakan negara yang berada di benua Afrika.

Melansir dari Daily Sabah, ibu kota yang baru, Ciudad de la Paz, dipilih karena kondisinya yang sesuai dengan iklim, keamanan, transportasi untuk jumlah penduduk yang besar, dan kedekatannya dengan sumber energi. 

Namun, ibu kota baru ini terletak di sebelah timur daratan utama, sedangkan sebagian besar penduduk negara tersebut tinggal di daratan utama yang memiliki persentase penduduk sebanyak 72 persen. Ibu kota yang lama, Malabo, terletak di pulau Bioko yang lebih dekat dengan Kamerun.

Pembangunan kota baru ini dimulai pada 2015 dan direncanakan selesai pada 2020. Namun, kecuali beberapa bangunan pemerintah, beberapa vila, hotel, dan gereja, konstruksi yang direncanakan tidak dapat diselesaikan karena alasan keuangan. 

Akibatnya, ibu kota baru ini terlihat seperti "kota hantu" dengan banyak konstruksi yang tidak selesai dan sepi.

4. Montserrat

Montserrat adalah British Overseas Territory (Wilayah Luar Negeri Inggris) di Karibia. 

Ibu kota Montserrat sebelumnya adalah Plymouth, namun setengah pulau tersebut dilanda lava, abu, dan lumpur dari Gunung Berapi Soufriere Hills pada 1995 dan 1997. 

Bencana ini menyebabkan pengungsi sebanyak 7.000 orang, termasuk 4.000 orang yang tinggal di kota tersebut. Sebagian besar penduduk Montserrat bermigrasi ke pulau-pulau Karibia lainnya dan Inggris.

Meskipun Plymouth masih menjadi ibu kota resmi Montserrat, di mana artefak kolonial abad ke-17 masih terkubur, ibu kota de facto sekarang adalah kota Brades dengan populasi sekitar 1.000 orang.

Namun, Montserrat telah memutuskan untuk membangun ibu kota baru di Little Bay, di bagian utara pulau, agar memiliki ibu kota yang lebih terorganisir di mana kapal-kapal besar dapat berlabuh.

Proses pendirian ibu kota baru ini resmi dimulai pada 2013, dan pembangunan pelabuhan dimulai pada 2019. Sayangnya, ibu kota baru ini akan siap beroperasi pada 2022 harus terhambat karena pandemi Covid-19. 

5. Australia

Pemindahan Ibu Kota Australia dari Sydney ke Canberra juga menghadapi beberapa tantangan. 

Menurut Profesor Michele Acuto, seorang pakar politik dan perencanaan kota dari Universitas Melbourne, kekuatan ekonomi Australia terluhat terpisah dari pusat kekuasaan politik (Canberra) lebih dari seratus tahun setelah pemindahan Ibu Kota dari Sydney ke Canberra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman:
  1. 1
  2. 2
Penulis : Arlina Laras
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro