Mengenal Festival 7 Sungai, Digelar 5-7 Juli 2022
Travel

Mengenal Festival 7 Sungai, Digelar 5-7 Juli 2022

Mia Chitra Dinisari
Selasa, 5 Juli 2022 - 13:44
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi lautan dan juga memiliki banyak aliran sungai.

Indonesia memiliki sedikitnya 5.590 sungai utama dan 65.017 anak sungai yang tersebar di nusantara. Dari jumlah sungai utama itu, Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 1.512.466 kilometer persegi.

Keindahan sungai adalah salah satu dari sekian banyak keindahan panorama alam di Indonesia.

Untuk melestarikan keindahan sungai itu, 5-7 Juli 2022 digelar kegiatan Festival 7 Sungai di Kabupaten Subang.

Sejarah festival 7 sungai

Dikutip dari laman Indonesia Travel, perdana digelar secara meriah pada tahun 2015, dari tahun ke tahun pelaksanaan Festival 7 Sungai merupakan bagian dari program pengembangan Desa Cibuluh, salah satu desa di Subang, Jawa Barat. Festival 7 Sungai bakal terus fokus buat memamerkan keelokan Sungai Cikembang, Sungai Citeureup, Sungai Cilandesan, Sungai Cinyaro, Sungai Cileat, Sungai Cikaruncang, dan Sungai Cipunagara yang berada di kawasan Desa Cibuluh.

Sesuai dengan jumlah sungai yang akan diperkenalkan, tahun ini menjadi tahun ketujuh penyelenggaraan Festival 7 Sungai. Mengusung tema “Sungaiku Sungaimu”, pastinya Tempat Wisata Cibuluh Subang bakal jadi lokasi event yang siap hadir pada tanggal 5 s.d 7 Juli 2022 mendatang tersebut.

Lewat event Festival 7 Sungai, dipercaya bisa bersama-sama seluruh komponen masyarakat akan membangun dan meningkatkan kesadaran pentingnya menjaga serta melestarikan sungai dan memanfaatkan sungai secara bijak dan kreatif. Di samping itu, terselip pula harapan agar potensi sungai sebagai tempat wisata ini terus dipromosikan hingga dapat terdengar ke seluruh penjuru Indonesia maupun dunia.

Healing sambil wisata sungai yang aduhai

Kesenian dan budaya yang menjadi kearifan lokal dari Desa Cibuluh bakal diperkenalkan ke semua pengunjung Festival 7 Sungai. Seakan siap menyulap pengunjung jadi warga lokal, selama rangkaian kegiatan berlangsung, wisatawan akan mengenal lebih dekat mengenai budaya sungai, budaya bercocok tanam, budaya kesenian, dan mencoba permainan tradisional yang masyarakat desa lakukan sehari-hari.

Hijaunya sawah, rimbunnya pepohonan, segarnya air terjun, indahnya warna warni ikan di kolam, segarnya udara dan keramahan masyarakatnya akan menjadi sederet alasan mengapa wisatawan jatuh hati pada desa wisata yang satu ini. Coba bayangin deh, selain 7 aliran sungai yang menjadi primadona, ternyata di event ini kamu juga akan dapat kesempatan menikmati pesona wisata Cibuluh dengan paket lengkap! Padahal letaknya masih sangat memungkinkan dijangkau dari pusat perkotaan, lho! Pokoknya, pas banget deh buat jadi tempat healing!

Keseruan perhelatan sebelumnya yang sarat akan budaya

Ada yang unik nih dari keseruan rangkaian Festival 7 Sungai tahun lalu. Dengan mengangkat tema “Cai Kiwari”, masyarakat setempat berbagi pengalaman mereka tentang bagaimana cara menangkap ikan. Terdapat dua istilah yang sudah familiar di sana, yakni ngecrek dan ngeprok.

Di Sungai Cipunagara, penonton dibuat kagum karena ikan bisa tertangkap dengan mudahnya menggunakan teknik memukul-mukul air sungai dengan bambu agar ikan berkumpul dan lari ke dalam bubu, sebuah perangkap yang terbuat dari bambu. Nah, teknik ini ramai disebut dengan teknik ngeprok. Selain itu, kelihaian masyarakat dalam menangkap ikan juga diperlihatkan dengan teknik melempar-lempar jaring ikan yang biasa disebut dengan ngecrek.

Suasana pandemi bukanlah halangan bagi keberlangsungan event Festival 7 Sungai. Buktinya pada tahun 2021, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat, warga desa tetap khidmat menunjukkan rasa syukur pada pelaksanaan Festival 7 Sungai. Ada prinsip yang selalu mereka pegang, yakni bahwasanya 7 sungai yang mengalir di tubuh desa adalah urat nadi kehidupan selama beribu tahun lamanya. Sungai-sungai ini tak hanya indah, tapi juga mampu mengaliri sawah, menyuburkan ladang, membersihkan kotoran, bahkan tempat melarung ari-ari yang dilahirkan seorang ibu.

Semangat yang serupa juga ditunjukkan pada perhelatan yang diadakan tahun 2019 dengan tema “Hurip Cai-2”. Beragam keseruan yang dipertontonkan sekaligus mendapat partisipasi aktif dari pengunjung ialah body rafting atau akrab disebut dengan papalidan, menangkap ikan tanpa alat yang kerap disebut ngagogo, tradisi gebuk bantal, main rebutan sungai, dan masih banyak yang lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro