Namhae Baraegil
Travel

Namhae Baraegil, Tempat Indah Untuk Berjalan Kaki di Korea Selatan yang Belum Terjamah

Janlika Putri Indah Sari
Kamis, 22 April 2021 - 10:15
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Setelah setahun lebih menghabiskan waktu di rumah, meninggalkan kamar sejenak untuk menjelajahi alam liar menjadi cara yang bisa dipilih untuk melepas penat.

Meskipun bahaya pandemi Covid-19 terus berlanjut, warga Korea memilih mendatang tempat wisata lokal.

Di provinsi Gyeongsang Selatan, yang terkenal deng kota metropolitan Busan, menawarkan banyak tujuan wisata yang dijiwai dengan keindahan budaya lokal seperti Jinju, Tongyeong, Namhae, dan lainnya.

Untuk sampai kesana dibutuhkan waktu empat jam jika berkendara dengan mobil dari Seoul. Uniknya, penduduk di kawasan tersebut memiliki ciri khas dialek daerah yang kental, dan tak ketinggalan budaya kuliner yang khas.

Ada juga jalur untuk trekker yang menampilkan pemandangan unik di wilayah tenggara, dari pegunungan yang subur, ladang yang luas hingga lautan yang luas.

Melasir dari koreaherald, Namhae Baraegil adalah kumpulan jalur untuk trekker yang ingin berjalan kaki ke alam liar.

Namhae Baraegil, didirikan untuk mengejar keterlambatan pariwisata di daerah tersebut. Disana ada 19 jalur yang mencakup total 231 kilometer.

Sebelum tahun lalu, jalurnya agak pendek, membentang sekitar 100 kilometer. Beberapa bagian dari jalan setapak juga tidak terhubung satu sama lain.

Namun, itu telah berubah saat pembaruan total pada tahun 2020 yang menghubungkan jalan setapak di seluruh wilayah Namhae.

Selain itu, jalur tersebut terhubung dengan Jalur Namparang sepanjang 1.463 kilometer, yang membentang dari Pulau Oryukdo di Busan ke Desa Ttangkkeut di Haenam, Provinsi Jeolla Selatan.

Kata Barae diambil dari dialek lokal yang digunakan di daerah Namhae.

Kata tersebut mengacu pada para ibu yang menangkap kerang, rumput laut, dan kulit kerang di lumpur ketika air surut untuk menghidupi keluarga mereka.

Setelah menjelajahi semua trek Baraegil, trekker dapat menerima lencana khusus kepada mereka yang menyelesaikan lintasan.

Kemudian, setelah sampai di peternakan Napory yang terletak di Tongyeong pengunjung harus melepas sepatu dan kaus kaki mereka di pintu masuk. Trekking dilakukan tanpa alas kaki di wilayah tersebut.

Tongyeong adalah hutan pohon cemara hinoki. Ada sekitar 10.000 pohon cemara hinoki menyambut pengunjung di hutan. Pohon-pohon berusia antara 13 hingga 25 tahun.

Menurut pemilik pertanian Kil Deok-han, pohon di antara rentang usia tersebut adalah yang paling sehat karena mengeluarkan lebih banyak phytoncides, yaitu senyawa di udara yang terbukti membantu menghilangkan stres. Dengan begitu, usia tersebut pohon lebih bermanfaat bila dibandingkan dengan pohon yang lebih tua atau lebih muda.

Kil telah merawat hutan yang terletak di punggung pegunungan Mireuksan tersebut dari tahun 1997. Sebelum lahan tersebut merupakan perkebunan kiwi.

Jalan setapak yang ditutupi dengan serbuk gergaji pohon cemara hinoki, memungkinkan pengunjung berjalan tanpa alas kaki.

Peternakan itu juga memiliki 18 kursus dari zona tempat tidur gantung, zona yoga, dan banyak lagi.

Pengunjung dapat beristirahat dan menghirup udara segar sambil berbaring di hammock atau di atas selimut piknik yang disiapkan di peternakan.

Setelah jalan setapak, pengunjung dapat membasuh kaki mereka dengan sesi mandi kaki phytoncide.

Phytoncide merupakan zat yang dikeluarkan dari tanaman untuk melindungi diri dari dari paparan yang tidak baik.Biaya masuknya 11.000 won per orang.

Meskipun kulinernya tidak setenar Provinsi Jeolla Selatan, Provinsi Gyeongsang Selatan memiliki budaya makanan yang unik. Dengan stasiun KTX-nya sendiri, Jinju adalah kota gerbang ke Provinsi Gyeongsang Selatan.

Saat berada di Jinju, Jinju naengmyeon adalah hidangan yang wajib dicoba. Jinju naengmyeon berbeda dari hidangan mie dingin Korea Utara.

Sekilas, Mie soba yang tajam dan kaldu esnya mirip. Namun Jinju naengmyeon diberi yukjeon, yaitu daging sapi goreng yang dicelupkan ke dalam telur kocok.

Kaldunya juga jauh lebih kuat daripada yang dinikmati di utara karena dibuat dengan ikan teri, udang, dan lebih banyak makanan laut.

Namhae adalah daerah yang terkenal dengan budaya memancing ikan teri yang unik.

Kemudian hidangan bernama myeolchi ssambap menjadi makanan pokok. Yaitu ikan teri yang dipadukan dengan nasi dan bungkus daun.

Teri Namhae disebut teri jukbang karena teknik penangkapannya menggunakan alat yang disebut jukbang, yaitu perangkap bambu berbentuk “V”.

Teri Namhae berukuran lebih besar dari yang lain. Biasanya berukuran antara 10-15 sentimeter.

Untuk sajian ala myeolchi ssambap, ikan teri segar dimasak dengan lobak hijau kering dalam kaldu. Namun, hidangan tersebut tidak semua orang suka karena tulang ikan yang halus dapat menempel di tenggorokan.

Bagi yang tidak nyaman dengan perasaan tersebut, bisa mencoba alternatif ala myeolchihoemuchim. Pada sajian tersebut, ikan teri sashimi dicampur dengan pasta cabai merah dengan cuka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro