Kondisi jalan di Islandia/therichest
Travel

Industri Pariwisata Islandia Dipresikdi Baru Pulih dalam 3-4 Tahun

Yudi Supriyanto
Selasa, 29 Desember 2020 - 21:16
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA--Asosiasi Industri Perjalanan Islandia atau Icelandic Travel Industry Association perlu waktu 3-4 tahun untuk sektor pariwisata kembali ke masa sebelum pandemi meskipun vaksin anti Covid-19 telah meningkatkan harapan untuk sektor ini pulih.

Dilansir dari SchengenVisaInfo.com, CEO Asosiasi Industri Perjalanan Islandia Jóhannes Þór Skúlason mengungkapkan pandemi Covid-19 telah memukul kondisi perekonomian banyak orang, dan beberapa orang cenderung tidak bepergian karena menganggur.

Jadi, pada akhir-akhir ini, persoalan itu bukan hanya tentang izin unthk bepergian ke luar negeri, tetapi juga untuk dapat membayar biaya perjalanan.

"Itu akan sepertinya membutuhkan waktu tiga sampai empat tahun untuk mendapatkan kembali keseimbangan yang dimiliki oleh Pariwisata Islandia," katanya, Selasa (29/12/2020).

Pada November, pihak berwenang di Islandia mengumumkan bahwa mereka akan memperpanjang langkah-langkah perbatasan yang diberlakukan, yang diberlakukan untuk menghentikan penyebaran pandemi COVID-19 lebih lanjut.

Menurut pengumuman tersebut, Islandia akan tetap menerapkan langkah-langkah perbatasannya hingga 1 Februari 2021.

Bulan lalu, Kementerian Kesehatan Islandia juga mengungkapkan bahwa negara itu akan menawarkan tes COVID-19 gratis untuk para pelancong, mulai 1 Desember hingga 31 Januari.

Dewan Perjalanan & Pariwisata Dunia (WTTC), sebelumnya, memperkirakan bahwa total 174 juta orang di seluruh dunia berisiko kehilangan pekerjaan hingga akhir tahun ini jika negara-negara memutuskan untuk tetap memberlakukan pembatasan perjalanan mereka.

Berdasarkan perhitungan WTTC yang diterbitkan pada Agustus, negara-negara Eropa dapat sangat terpengaruh oleh kurangnya wisatawan yang disebabkan oleh situasi virus Corona.

Prancis diperkirakan akan kehilangan lebih dari € 48 miliar, Spanyol bisa kehilangan € 40 miliar , Jerman hampir € 38 miliar dan Inggris berisiko kehilangan £ 22 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro