Ilustrasi/citylab.com-instagram-supersoya
Travel

Tiket Murah Tak Selamatkan Wisata Kereta Cepat Jepang

Fransisco Primus Hernata
Senin, 5 Oktober 2020 - 11:13
Bagikan

Bisnis.com, Jakarta - Stasiun Tokyo yang biasanya dipadati penumpang berubah sepi sejak pandemi corona melanda.

Keramaian yang biasa terjadi pada sore hari di tengah minggu di akhir September, kini hanya segelintir penumpang yang melihat-lihat toko bento-box. Padahal, dulu di kedai-kedai itu, puluhan orang mengantri membeli makanan.

Hanya terlihat banyak staf kebersihan turun dari kereta api daripada penumpang. Demikian menurut Taro Aoki, pengawas 18 gerai makanan cepat saji di terminal kereta antar kota utama di ibu kota Jepang itu.

Yah, bukan hanya maskapai penerbangan yang mengalami dampak buruk dikarenakan pandemi virus corona. Pada saat dimana biasanya banyak orang di Jepang keluar kota untuk menikmati perubahan warna musim gugur dan menikmati udara, tidak terlihat lagi.

Hal itu, membuat kereta cepat atau kereta peluru di kota itu mengalami kesulitan.
East Japan Railway Co. dan West Japan Railway Co., dua perusahaan jepang yang mengoperasikan kereta di stasiun itu, meramalkan mengalami kerugian terbesar mereka sejak jaringan kereta negara itu diprivatisasi pada tahun 1987.

East Japan Railway memperkirakan kerugian sebesar 418 miliar yen tahun ini. Saat ini banyak gambar yang diposting di media sosial menunjukkan betapa kosongnya kereta super cepat itu.

“Ini yang terlihat bahkan setelah mengurangi separuh harga tiket,” tulis seorang pengguna Twitter, yang naik kereta peluru yang dioperasikan oleh East Japan Railway.

"Setelah meninggalkan stasiun Morioka, kereta itu kosong tanpa mengangkut penumpang,” katanya lagi. Stastiun Marioka, adalah titik awal keberangkatan di Iwate, sebuah prefektur di pantai timur laut Honshu, pulau utama Jepang.

Kampanye Go To nasional yang bertujuan untuk memacu perjalanan domestik belum memberikan harapan bagi shinkansen Jepang, atau kereta peluru tersebut.

Diluncurkan pada bulan Juli, kampanye tersebut memberikan subsidi hingga 50 persen untuk transportasi, hotel, dan tempat wisata di Jepang. Tokyo awalnya dikecualikan tetapi mulai diberlakukan pada bulan ini.

Namun, dengan jumlah kasus virus corona yang memburuk dan orang-orang takut terinfeksi, beberapa politisi menyebut kampanye Go To gagal.

TIKET YANG MURAH

Banyak pihak yang menyatakan mempromosikan pariwisata akan menyebarkan Covid-19 di Jepang lebih luas. Dan banyak orang yang ingin melakukan perjalanan lebih suka mengemudi dengan mobil mereka sendiri untuk menghindari kontak dengan orang lain.

"Saya rasa, tidak mungkin untuk kembali ke era sebelum Covid,” ujar Yoshitaka Watanabe, yang mengelola departemen pemasaran East JR. Industri telah mengharapkan pemulihan berbentuk V; sekarang kemungkinan akan menjadi kurva-L, katanya.

Volume penumpang kereta peluru East JR turun sebesar 74 persen pada Agustus dari tahun sebelumnya. Central Japan Railway Co yang memperkirakan kerugian 53,3 miliar yen tahun ini, jatuh dengan jumlah yang sama.

East JR, yang memulai penawaran tiket murahnya sendiri pada bulan Agustus terlepas dari kampanye Go To, memiliki lebih dari 300.000 reservasi pada 25 September dan menargetkan mencapai 1 juta pada Maret.

Diskon 50 persen berlaku untuk semua rute kereta peluru. Dengan diskon besar dan mempertimbangkan biaya tetap perusahaan kereta api yang tinggi, operator Shinkansen akan berjuang untuk kembali ke profitabilitas bahkan setelah pandemi selesai, menurut Hiroshige Murayama, seorang analis di Nomura Research Institute.

KERUGIAN GION

Central JR, sekarang menawarkan paket perjalanan sehari setengah harga. Kereta peluru yang dioperasikannya, menghubungkan kota-kota termasuk Tokyo, Hakata dan Kyoto, yang merupakan jantung budaya Jepang, yang terkenal dengan kuil, tempat pemujaan, dan taman tradisionalnya.

Pada Juli, turis internasional ke Kyoto turun 99,8 persen dari tahun sebelumnya, dan jumlah mereka mendekati nol selama empat bulan berturut-turut, sementara pelancong domestik turun setengahnya, menurut asosiasi pariwisata kota.

“Tetangga kami gulung tikar atau menutup toko mereka,” ujar Mari Koike, 69, yang mengelola sebuah asrama di pusat kota Kyoto. “Telah terjadi banyak pembatalan,” tambahnya

Salah satu strategi yang sedang dipertimbangkan East JR melibatkan perluasan bisnis logistiknya untuk mengirimkan makanan lokal dan makanan khas regional seperti anggur, pir, dan ikan kepada konsumen.

Yui Muranushi, seorang geisha berusia 24 tahun yang bekerja di Gion, distrik hiburan kelas atas Kyoto, awalnya telah berencana untuk mengunjungi Tokyo seminggu sekali di bulan Juli dengan kereta peluru untuk tampil di acara-acara saat negara itu bersiap untuk Olimpiade musim panas, yang mana telah ditunda hingga tahun depan.

"Sekarang, semua kerjaan saya di Tokyo telah dibatalkan," ujar Muranushi. Dikarenakan para eksekutif perusahaan tidak lagi mengunjungi kedai teh dan “Saya beruntung jika saya memiliki satu klien,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro