Ilustrasi/istimewa
Kuliner

H.E.M.A. Resto, Bukan Restoran Belanda Tetapi Melegenda

Newswire
Minggu, 18 November 2018 - 13:40
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA – Waktu 18 tahun bukan perkara mudah bagi usaha kuliner untuk bertahan tetapi H.E.M.A. Resto membuktikan mampu bertahan di kerasnya persaingan dan perubahan zaman.

H.E.M.A Resto pada 2018 genap berusia 18 tahun. Restoran yang menyajikan hidangan khas Belanda tersebut, saat ini berkembang.  H.E.M.A sudah memiliki 6 gerai yang tersebar di Kemang Pratama Bekasi, Ahmad Dahlan Kebayoran Baru, Tebet Indraya Square, Menteng Huis Cikini, Green Terrace Taman Mini, dan Second Label Omah Buntut (managed by HEMA resto) di Mega Bekasi Hypermall.

"Alhamdulillah bisnis saya sudah berjalan 18 tahun. Selain sudah punya 6 gerai, saya saat ini banyak memiliki pelanggan setia. Kuncinya, konsistensi, rasa, pelayanan dan kerja keras tentunya," kata pemilik H.E.M.A Resto, Ratna Savitri Handayani, Sabtu (17/11/2018) di sela-sela perayaan 18 tahun tempat usahanya di Jalan Kemang Pratama Raya Blok MM Nomor 19-20, Rawalumbu, Kota Bekasi.

Wanita yang juga pernah menjabat sebagai Sekertaris Asosiasi Industri Meubel Indonesia (Asmindo) era Bob Hasan ini, menjelaskan bahwa saat ini H.E.M.A Resto menjual 25%n kuliner asal Belanda, sisanya menu western. Untuk menu Indonesia, hanya nasi goreng dan sop buntut.

Dia mengungkapkan bahwa alasan memilih ciri khas Belanda, karena ada nilai historis ketika itu bangsa Indonesia hidup berdampingan dengan orang Belanda selam 350 tahun.  "Meskipun ketika itu, Belanda sebagai kolonial dalam tanda kutip. Tapi, untuk selera masakan kita punya kesamaan. Masakan Indonesia di Belanda cukup famous, sebaliknya masakan Belanda di Indonesia banyak disukai," ujar wanita asal Yogyakarta tersebut.

Titik panggilan akrabnya mengaku bahwa dia tidak mempunyai darah keturunan Belanda. Suaminya, Umar merupakan asal Bukittinggi Sumatra Barat. Dia mempelajari menu kuliner Negeri Kincir Angin, dengan mendatangi Perpusatakaan di Kedubes Belanda.  "Kalau sekarang gampang tinggal buka google. Kalau dulu, saya belajar dari buku resep di perpustakaan Belanda. Saya juga menyempatkan diri ke Belanda, kebetulan ada sepupu di sana. Saya mempelajari, apa saja yang menjadi ciri khas Belanda," katanya.

Selain menyajikan berbagai menu Belanda yang sangat disukai di Indonesia, seperti Hutspot, Kroket, Macaroni Schotel, Gehaktball, Poffertjes Pannekoek, Bitter Ballen, dan Huzaren Sla. Di H.E.M.A Resto pengunjung juga bisa mendengarkan musik asal Belanda, sambil menikmati hidangan. "Setiap Sabtu dan Minggu petugas kasir dan pelayan kami juga memakai baju khas Belanda. Dengan nama-nama yang khas Belanda pula. Kalau yang perempuan namanya Joice, Ester, kalau yang laki-laki Jantje, Ruud dan lain-lain," ujar titik.

Meski menjual kuliner Belanda, namun untuk rasa Titik mengaku menyesuaikan dengan lidah orang Indonesia. Namun, rasa yang disesuaikan tetap mendapatkan apresiasi, bahkan dari orang asal Belanda yang datang ke H.E.M.A Resto

Karena sering datang ke Perpusatakaan Kedubes Belanda, Titik kemudian menjalin relasi dengan pihak kedutaan. Bahkan, pihak kedutaan juga memberikan support, dengan memberikan pajangan khas. Kedutaan Belanda juga banyak memberikan banyak informasi seperti, seputar sejarah kelompen, bunga tulip dan lain sebagainya. "Saya sudah beberapa kali kerja sama dengan kedutaan untuk menyediakan makanan. Dari awalnya hanya untuk 20 orang, terakhir mereka memesan untuk 2.000 orang, untuk perayaan Kings Day," katanya.

Selain berencana untuk terus mengembangkan usahanya, Titik mengaku saat ini H.E.M.A Resto juga mengikuti perkembangan zaman. Tempat usahanya bekerja sama dengan perbankan BCA, layanan food startup deliveryseperti Go-food dan lain sebagainya. "Hema itu sebenarnya nama sebuah departement store di Belanda. Namun saya plesetkan dimana kata-kata Hema saya kasih titik-titik. Artinya singkatan Halal Enak Mutu Artistik (H.E.M.A)," jelasnya.

Sukses dalam bisnis kuliner, tetapi banyak yang tidak tahu bila H.E.M.A Resto berawal dari kantin sekolah di Perumahan Kemang Pratama Bekasi Jawa Barat. "Dahulu saya hanya menempati ruangan kantin sebesar 3X3 meter, untuk berjualan bakso gepeng. Setelah itu lama-lama saya juga berjualan kentang goreng dan sandwich," ujar Titik.

Lokasi kantin tersebut, sekarang menjadi kantor dari H.E.M.A Resto. Kantin sekolah itu, kemudian dikembangkan menjadi sebuah restaurant yang menyajikan berbagai menu. "Awal mulanya saya suka majang, segala sesuatu yang jadi ciri khas Belanda, seperti kayu bunga tulip, kelompen (sepatu kayu). Restoran saya sama pengunjung sempat dikira milik orang Belanda, dari situ saya akhirnya menemukan ide untuk terus memakai konsep Belanda di restoran ini," kenangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro