Bakpia, makanan khas Yogyakarta/Jibiphoto
Kuliner

Imbas Rupiah ‘Loyo’, Harga Bakpia Naik

Newswire
Rabu, 9 September 2015 - 06:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Paguyuban produsen bakpia di Kota Yogyakarta berencana menaikkan harga awal Oktober 2015 menyusul terus melemahnya rupiah terhadap dolar Amerika.

“Jika satu dus sekarang masih Rp18 ribu, bulan depan sudah menjadi Rp 20 ribu,” ujar Sumiyati, Ketua Paguyuban Bakpia Patuk Sumekar Kecamatan Ngampilan Yogyakarta, Selasa (8/9/2015). Satu dus bakpia biasanya berisi 20 bakpia.

Sumiyati menuturkan, imbas melemahnya rupiah sangat terasa dan memengaruhi produksi karena bahan baku utama pembuatan bakpia yakni tepung terigu ikut naik.

Tepung terigu yang biasa diperoleh perajin dengan harga Rp172 ribu per sak atau 20 kilogram itu sudah naik menjadi Rp175- Rp177 ribu per saknya.

“Terigu ini 90 persen dari total bahan produksi bakpia, jadi sangat terasa,” tutur Sumiyati.

Dari total 3.522 keluarga di Kecamatan Ngampilan Yogyakarta, sekitar 7 persen merupakan perajin bakpia, yang tersebar di empat perkampungan seperti Ngampilan, Patuk, Ngadiwinatan, dan Purwodiningaratan.

Di kampung itu terdapat tiga paguyuban perajin bakpia, seperti Sumekar, Laris Manis, dan satu belum bernama.

Sumiyati menyebut, dari bahan baku produksi bakpia, untuk bahan lain dan isinya seperti kacang hijau, margarine, gula, tak ikut terimbas melemahnya rupiah. Sebab sebagian besar bahan dapat diperoleh dari pasar lokal.

Misalnya, isi kacang hijau yang selama ini dipasok dari Kabupaten Demak Jawa Tengah. Sedangkan gula hanya dipasok dari perusahaan gula di Yogya seperti Madukismo, juga daerah sekitar seperti Gondang Klaten, dan Jawa Timur.

Kenaikan harga bakpia juga dipengaruhi faktor eksternal. Jika Desember 2014 lalu paguyuban menaikkan harga bakpia karena kenaikan bahan bakar minyak (BBM), kali ini karena melemahnya rupiah.

“Saat naik seperti ini yang bisa kami andalkan hanya omset agar tetap stabil, jangan sampai harga berpengaruh,” ujarnya.

Omzet bakpia di Yogya disebut cendrung bergerak dalam grafik dinamis.  Misalnya tahun ini, dari Januari sampai Mei, satu perajin biasanya hanya berproduksi 100 dus per hari.

Produksi itu turun separuh saat memasuki puasa Juni lalu dan saat libur lebaran Juli naik pesat sampai 600 persen. Usai Lebaran omzet itu anjlok kembali dan harus menunggu sampai November-Desember saat liburan akhir tahun.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Tempo.co
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro