Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mengenal Situs Peninggalan Sejarah di Muaro Jambi

Sosiolog berkewarganegaraan Prancis namun berjiwa Indonesia, Elisabeth Inandiak belum lama ini berbagi pengalaman mengenai pengalamannya mengunjungi sebuah komunitas di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Candi Tinggi, salah satu candi di Muaro Jambi/Bisnis.com-Nancy Junita
Candi Tinggi, salah satu candi di Muaro Jambi/Bisnis.com-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA— Sosiolog berkewarganegaraan Prancis namun berjiwa Indonesia, Elisabeth Inandiak belum lama ini berbagi pengalaman mengenai pengalamannya mengunjungi sebuah komunitas di Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi.

Sosiolog yang juga penulis buku Babad Nalor Ngidul ini mengatakan bahwa situs di Muaro Jambi adalah situs Budha terbesar di Asia Tenggara dan dulunya adalah sebuah Universitas Budha yang terbesar di Asia Tenggara sejak abad ke-7 hingga abad 13. Pada abad ke-7 seluruh suku dari Asia datang ke Muaro Jambi untuk belajar dan mendapatkan ilmu. “Ada dari India dan China. Mereka datang untuk mencari ilmu,” kata Elisabeth.

Akan tetapi kata Elizabeth saat ini yang bermukim di tempat itu adalah masyarakat beragama Islam dengan kebudayaan Melayu. Dia mengatakan masyarakat Islam di sana menggali sendiri sejarah kebudayaan Budha dan mengumpulkan banyak bukti-bukti sejarah. “Mereka benar-benar bisa hidup antara ilmu kuno Budha dan kebudayaan Melayu saat ini,” jelas Elisabeth.

Elisabeth menjelaskan masyarakat yang bermukim di Muaro Jambi memiliki perhatian besar terhadap peninggalan-peninggalan Budha di masa lalu. Salah satu penemuan masyarakat adalah koin-koin di sungai yang diketahui peninggalan dinasti China.

Di desa ini masih banyak puing-puing candi yang tetap dilestarikan masyarakat sekitar. Secara mandiri mereka menemukan jejak sejarah mengenai orang-orang yang pernah singgah di daerah tersebut. Seperti kedatangan Atisha dari India untuk belajar Budha di Sumatera.

“Tahun 2012 tempat itu menjadi cagar budaya. Tapi setelah itu ada undang-undang dari pemerintah bahwa tanah tersebut tanpa sepengetahuan mereka menjadi tanah negara.

Untuk itu Elisabeth bersama masyarakat sedang membuat buku sebagai bukti bahwa masyarakat du sana melestarikan, menjaga dan menggali sejarah di sana dan tidak ada yang boleh mengusir mereka,” kata Elisabeth.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler