Travel

Berlibur di Jakarta? Menyusuri Kanal Molenvliet Bisa Jadi Pilihan

Azizah Nur Alfi
Minggu, 18 Desember 2016 - 15:57
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Jakarta bukan hanya mal. Ada banyak sisi sejarah Jakarta yang menarik untuk ditelusuri. Pengalaman ini yang ditawarkan Jakarta Good Guide, sebuah komunitas wisata jalan kaki, dalam tur bertema Molenvliet.

Bertemu di Stasiun Juanda sebagai titik kumpul, Jakarta Good Guide yang terdiri dari enam pemandu wisata tersertifikasi ini membawa 120 peserta menyusuri sejarah kanal Molenvliet. Selama sekitar tiga jam, mereka berjalan kaki sepanjang tiga kilometer. Peserta yang terdiri dari turis domestik dan asing serta dari ragam usia itu menyusuri Hotel Sriwijaya, Jl Pecenongan, Gedung Jiwasraya, Harmoni, Hotel Des Indes, dan berakhir di Gedung Arsip Nasional.

"Molen artinya kincir air. Vliet adalah aliran sungai," terang Ira Lathief, pemandu wisata kelompok Kece.

Kanal Molenvliet sepanjang tiga kilometer itu adalah aliran sungai. Ketika itu, aliran sungai yang masih bersih digunakan sebagai jalur transportasi untuk mengirimkan kayu. Ira mengatakan cerita dari para sesepuh menyebut di sini pula kerap digunakan sebagai tempat mandi karena airnya yang masih bersih.

Kanal Molenvliet menghubungkan Oud Batavia (Kota Tua) dan Weltevreden (Lapangan Banteng dan Monas). Kala itu, di sekitar kanal merupakan kawasan pemukiman elit dan komersil. Maka tak heran jika banyak berdiri bangunan hotel dan vila-vila mewah dengan suasana teduh.

Satu dari sekian bangunan hotel di sekitar kawasan itu yang masih bertahan dan beroperasi hingga kini adalah bangunan Hotel Sriwijaya yang ada sejak 1872. Meski termasuk gedung tua, jelas Ira, hotel ini memiliki fasilitas menarik. Interior bangunan juga tak banyak berubah.

"Tempat ini [Molenvliet] adalah kota barunya Jakarta. Kota Jakarta dulu adalah kota Batavia, yang saat ini dikenal dengan Kota Tua," lanjutnya.

Masih menyusuri kanal Molenvliet, peserta tur melewati kawasan Pecenongan yang sejak lama dikenal sebagai tempat wisata kuliner. Di kawasan ini pula dikenal Martabak 65 yang paling melegenda.

Selanjutnya, sepanjang perjalanan menuju titik lokasi terakhir, peserta juga dimanjakanan bangunan-bangunan khas zaman kolonial seperti bangunan Biara Ursulin berusia 160 tahun. Bangunan zaman kolonial mudah dikenali melalui desain jendela lebar dan langit-langit bangunan yang tinggi.

Nuansa kolonial juga dapat dirasakan pada Gedung Jiwasraya. Nah, setelah selesai direnovasi oleh JOTRC, Gedung Jiwasraya yang dulunya adalah kantor asuransi Belanda bernama NILLMIJ (Nederlandsch Indische LevenSverzeking De Lifrente Maatschaapij), menjadi tempat favorit untuk berfoto. Deretan kursi besi dan deretan lampu penyerang yang di berada di sepanjang trotoar tepat di depan bangunan.

"Tempatnya instagramable banget, seperti di Belanda. Ini menjadi tempat berfoto dan nostalgia jika saya membawa turis asing," imbuh Ira.

Peserta melanjutkan perjalanan menuju persimpangan Harmoni yang memiliki sejarah sebagai area perdagangan sejak awal abad ke-19. Pada persimpangan itu pula, di salah satu sisi jalan dekat jembatan, terdapat patung Hermes sebagai simbol Dewa Perdagangan dan Mitologi dari Yunani. Patung yang menempel di atas jembatan itu adalah duplikat. Sementara patung aslinya tersimpan di Museum Fatahillah.

Ira menjelaskan kawasan ini dulu juga dikenal dengan Societeit de Harmonie, tempat berkumpulnya para sosialita Belanda. Di sini pula berdiri Hotel Des Indes, hotel terbaik di Asia. Namun, kini hotel tersebut telah dihancurkan dan digantikan dengan pusat perbelanjaan.

Lelah berjalan, peserta tur Molenvliet mampir sejenak di kedai kopi The Atjeh Connection. Ada satu minuman yang menjadi rekomendasi untuk dicoba yakni Kopi Sanger. Sanger adalah jenis Kopi hitam khas Aceh yang dipadukan dengan susu kental manis dan gula. Bedanya dengan kopi susu biasa adalah minuman ini memiliki komposisi 3 banding 1 antara kopi dan susu.

Perjalanan berakhir di Gedung Arsip Nasional, bangunan megah yang sebelumnya merupakan vila milik Gubernur Jenderal Reyner de Klerk. Gedung Arsip merupakan bangunan cagar budaya yang didirikan pada 1760. Pada 2001, Gedung Arsip menjadi bangunan Indonesia pertama yang berhasil meraih juara 1 Unesco Cultural Heritage Award untuk seluruh Asia Pasifik. Selain sebagai museum, bangunan ini juga kerap disewa sebagai tempat resepsi pernikahan pada akhir pekan.

"Desainnya yang khas nuansa kolonial menjadi favorit para pasangan menggelar pesta pernikahan, sebagaimana tren resepsi pernikahan di museum seperti museum Bank Indonesia di Kota Tua," imbuh Ira.

Rute Molenvliet hanya salah satu dari 11 rute yang ditawarkan komunitas jalan kaki yang berdiri pada 2014 itu. Sejumlah rute yang lain seperti City centre 1, Chinatown, Old town, Menteng, Pasar baru, Cikini, Jatinegara, City Center 2, Foodie Tour.

Selain memanjakan mata dengan bangunan khas kolonial, Anda sekaligus dapat belajar sejarah melalui tur ini. Jadi, tertarik mencobanya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro