Wisata hutan mangrove. /Antara
Travel

TRAVEL BLOGGING, Jalan-jalan Menjaring Fulus

Rezza Aji Pratama & Wike D. Herlinda
Minggu, 28 Februari 2016 - 00:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Berawal dari hobi jalan-jalan, senang mengabadikan setiap momentum lewat foto, dan ingin membagikan apa yang dialami dan dirasakan selama travelling kepada semua orang melalui tulisan, hingga akhirnya menghasilkan pundi-pundi yang tak terduga.

Begitulah kira-kira para travel blogger memantapkan eksistensinya di dunia maya. 

Tak bisa dipungkiri, para duta wisata, penulis dan pengulas destinasi wisata di sosial media tumbuh bak cendawan di musim hujan. Apalagi, pada era modern ini, masyarakat urban di hampir seluruh belahan dunia, tak terkecuali di Indonesia, semakin mengedepankan kebutuhan leisure dalam agenda mereka.

Hal itu didukung pula dengan merebaknya bisnis open trip, sehingga aktivitas travel blogging menjadi semakin marak. Dampaknya, semakin banyak kawasan wisata eksotis di Indonesia yang selama ini belum pernah terjamah wisatawan asing, naik daun berkat para blogger tersebut.

Di Indonesia sendiri, saat ini sudah semakin banyak bermunculan travel blogger ternama dan menjadikannya sebagai ladang penghasilan tambahan.  Salah satunya adalah Kadek Arini Vtepitula. Perempuan 24 tahun asal Bekasi itu cukup populer di dunia maya, lewat situsnya kadekarini.com.

Kadek membagikan banyak inspirasi jalan-jalan bagi generasi muda yang ingin melancong ke tempat-tempat eksotis, baik di dalam maupun luar negeri. Hingga kini, dia sudah mengulas lebih dari 100 destinasi wisata.

Berkat konsistensinya nge-blog sejak 2,5 tahun lalu, Kadek pun berhasil menarik minat banyak sponsor. Penghasilan yang dia dapatkan dari hobi travel blogging-nya pun cukup menjanjikan. Setiap kali posting tulisan yang disponsori di blog-nya, biasanya Kadek mendapatkan pemasukan sekitar Rp2 juta—Rp3 juta.

“Paling disukai [pembaca] adalah tip dan trik travelling. Jadi semacam panduan how to get there, bagaimana cara mendapatkan tiket murah, berapa biayanya, dan apa saja tempat yang menarik dikunjungi,” tutur Kadek soal tipe ulasan yang paling banyak dibaca pengunjung.

Selain Kadek, juga ada Angga Triantama Putra yang setahun terakhir menjalankan blog khusus pariwisata melalui anggapunyacerita.com. Selain mendapatkan keuntungan secara materi, mahasiswa 19 tahun asal Makassar itu juga merasakan banyak manfaat lainnya dari sebagai travel blogger.

“Secara pribadi, saya ini orang yang sangat tertutup dan sulit untuk bergaul dengan orang lain. Namun, sejak saya menjadi travel blogger, saya jadi lebih terbuka dan mudah ngobrol serta percaya pada orang lain. Saya menjadi lebih percaya diri,” tuturnya.

Namun, dia tidak menampik bahwa menjadi travel blogger apalagi menggunakan sistem backpacking pasti selalu berhadapan dengan berbagai tantangan.

Kerap bertemu dengan orang-orang yang suka mengganggu seperti preman atau mendapatkan kondisi dan situasi di lapangan yang berbeda dengan informasi yang dihimpun—bertemu dengan orang-orang yang ingin mengambil keuntungan, misalnya membohongi soal harga, menipu soal fasilitas, dan sebagainya—sudah menjadi hal biasa baginya.

Namun, semuanya itu berubah menjadi manis dan memberikan kepuasan tersendiri, setelah pengalaman yang dituangkannya dalam bentuk tulisan banyak dibaca dan bermanfaat bagi orang lain.

PENUH WAKTU

Menjadi travel blogger mungkin bisa saja dilakukan oleh semua orang. Namun, untuk menjadi travel blogger penuh waktu, tentu tidak mudah meskipun bukan berarti mustahil.
Seperti yang diungkapkan oleh pemilik blog www.cumilebay.com,  yang lebih dikenal dengan nama Cumi Lebay MazToro.

Baginya, pendapatan dari aktivitas travel blogging sudah bisa menjadi sumber penghasilan utamanya. Untuk tulisan yang disponsori oleh pihak tertentu, dia bisa mendapatkan bayaran rata-rata Rp5 juta-Rp8 juta sekali posting.

Dia menjelaskan sumber penghasilan tersebut bisa datang dari endorse produk tertentu seperti kamera, alat-alat outdoor, hotel, dan lain-lain. Banyak juga penawaran trip yang datang dari dinas pariwisata daerah tertentu, bahkan dari dinas pariwisata luar negeri seperti Korea Selatan dan Thailand yang rajin mengundang blogger.

Selain itu, para travel blogger juga bisa mendapatkan penghasilan dari iklan banner seperti Google Adsense. Namun, beberapa blogger ada juga yang menghindari iklan seperti itu karena mengganggu pembaca.

“Bervariasi [Tarifnya] dan tidak semuanya berupa uang. Kalau review hotel atau kamera misalnya, kadang kita dapet voucher menginap atau kamera tersebut. Tergantung agensi yang menawarkan.”

Menurut dia, agen biasanya tidak hanya melihat kualitas tulisan, tetapi juga attitude di media sosial serta seberapa banyak pembacanya. Namun, ada juga agen yang tidak melihat trafik, karena biasanya ingin menyebar review produknya di berbagai segmen. “Kalau untuk trafik, rata-rata 3.000 per hari yang akan dilirik agen.”

KOMUNITAS

Perkembangan travel blogging yang begitu pesat di Indonesia, membuat sejumlah pelaku kegiatan ini membentuk suatu wadah komunitas. Dengan bernaung di satu wadah, para travel blogger ini bisa saling berbagi untuk mendukung aktivitasnya.  Salah satunya yang sudah eksis adalah Komunitas Travel Blogger Indonesia (TBI).

Menurut Indri Juwono, salah satu pendiri komunitas yang juga memiliki blog tindaktandukarsitek.com, aktivitas travel blogging pada dasarnya bisa dilakukan oleh siapa saja asalkan senang jalan-jalan dan mau menulis. Hal itu pula yang membuat perkembangan travel blogging di Indonesia berkembang sangat pesat.

Saat ini, sudah muncul banyak travel blogger yang mempunyai cerita-cerita unik dan berbeda. Mereka juga datang dari berbagai latar belakang dan usia. Ada yang masih kuliah, ada juga yang umurnya sudah di atas 40 tahun.

“Blog ini kadang lebih disukai pembaca daripada situs pariwisata karena menawarkan cerita yang berbeda-beda. Misalnya ada dua orang travel blogger yang berkunjung ke Raja Ampat. Pasti cerita yang mereka bagikan ke pembaca akan berbeda satu sama lain.”

Di TBI, saat ini anggotanya sudah mencapai 60 orang, padahal pada awal berdiri di 2013 hanya beranggotakan sekitar 40 orang. Para travel blogger yang tergabung di dalam TBI biasanya sudah memiliki blog khusus travelling yang berumur 6 bulan, serta anggota juga harus rutin menulis di blog-nya minimal 2 bulan sekali.

Para blogger yang tergabung di dalam TBI, selain bisa memperbanyak teman dan jejaring, juga bisa berbagi banyak pengetahuan tentang destinasi dan travelling, bertukar opini dan informasi dengan baik dan sehat, serta saling me-review antarblog dan memberi masukan untuk mengembangkan potensi-potensi blog.

Antar blogger juga bisa berbagi kesempatan mengikuti kegiatan-kegiatan atau tawaran yang berkaitan dengan aktivitas blogging.

Sementara itu, dari sisi psikologis, seperti yang dikatakan Rima Olivia, Psikolog dari Ahmada Consulting, menuliskan catatan perjalanan bagi seorang traveler akan membuat kita peka dalam menangkap setiap momen dan mengorganisasi pikiran.

“Menulis juga sebuah aktivitas mental yang baik dalam mengaktifkan berbagai sudut pandang dalam melihat suasana, melihat ritual, alam, kebiasaan berinteraksi, ritme kehidupan,” tuturnya. ()

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Minggu (28/2/2016)
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro