Salah satu jalan protokol di Yangon / myanmartourism.org
Travel

Menengok Myanmar yang Sedang Berbenah

Rivki Maulana
Sabtu, 16 Mei 2015 - 18:06
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA -- Yangon, bekas ibukota Myanmar tak ubah Jakarta, semrawut. Bagi Anda yang hendak melancong ke sana, harap jangan terkejut. Namun, di balik itu, Myanmar tengah berbenah dan pariwisata menjadi salah satu andalan negeri itu untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi.

Lalitya Hayuningtyas, seorang pelancong asal Bogor mengungkapkan, transportasi umum seperti bus di bekas ibukota Myanmar itu tergolong lawas. "Yangon seperti Jakarta zaman dulu," katanya kepada Bisnis.com, Sabtu (16/5/2015).

Di Yangon, Lalitya bersama tiga kawannya menemukan beberapa hal ajaib. "Kebanyakan mobil setir di kanan, tapi beberapa bus dan mobil ada setir kiri juga. Belok kanan-kiri bebas gak pake lampu sign," ujarnya. Ya, lalu lintas di Yangon ternyata semrawut, tidak jauh berbeda dengan Jakarta.

Selain lalu lintas yang ajaib itu, di Yangon transportasi paling umum paling nyaman adalah taksi. Tapi, jangan bayangkan taksi di Yangon sama seperti Jakarta. "Semuanya gak pake argo dan supirnya males nyalain AC," kata Lalitya.

Padahal, cuaca di Yangon terbilang panas. Pada Mei, suhu udara di sana mencapai 37 derajat celcius.

Namun, di balik semrawutnya lalu lintas di Yangon, warga kota sangat ramah terhadap pendatang. Lalitya menceritakan, warga Yangon sangat baik dan suka menolang. "Helpfull banget, dibeliin tiket sama temen orang sini," katanya.

Yangon juga tengah berbenah. Lalitya menyaksikan, banyak aktivitas pembangunan di Yangon. Yangon tengah melakukan modernisasi, katanya.

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan, pertumbuhan di Myanmyar tahun ini akan mencapai 8,3%. Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi negara bekas jajahan Inggris itu mencapai 7,7%.

Pertumbuhan ekonomi itu menurut ADB didorong oleh sektor konstruksi karena pemerintah gencar membangun proyek infrastruktur. Selain itu Myanmar juga tengah dilanda demam pembangunan properti, terutama di Yangon dan Mandalay.

Hal yang tidak kalah penting, pertumbuhan ekonomi juga digerakkan oleh sektor pariwisata. Tahun lalu jumlah turis yang melancong ke Myanmar mencapai 7,62 juta atau naik 18%.

ADB memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Myanmar akan lebih tinggi tahun ni berkat reformasi struktural dan perbaikan lingkungan bisnis. Tak ayal, selain turis, Myanmar juga tengah bersolek agar investor mampir ke negara mereka, termasuk dari Indonesia.

Seperti pernah dilansir Bisnis.com, kelompok usaha Lippo Group berencana membuka 12 rumah sakit di Myanmar dengan investasi US$400 juta - US$500 juta.

James T Riady, Chief Executive Officer Lippo Group, mengatakan potensi bisnis rumah sakit di Myanmar sangat menjanjikan karena jumlah penduduknya cukup padat. "Mereka negara besar, memiliki SDM dan Sumber Daya Alam yang luar biasa. 50 tahun lalu, negara utama di Asean itu mereka, kita mesti lihat sejarah," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro